Siang itu jembatan bambu yang melintang di atas sungai muara terlihat rapuh dan menakutkan untuk diseberangi. Satu persatu kaki mulai menjejak di atas jembatan bambu itu dengan perasaan waswas dan takut terjatuh karena di bawah sana arus sungai terlihat tenang tetapi siapa yang tahu keberadaan si predator buaya yang siap menerkam itu di bawah permukaan air sungai. Perlahan tetapi pasti akhirnya sampai juga di seberang sungai muara. Sambil menunggu teman-teman yang lain melewati jembatan, mata ini tertuju pada sosok makhluk kecil nan mungil yang melompat-lompat di atas lumpur pinggir sungai. Tergelitik rasa penasaran, kulihat lebih seksama hewan itu dari jarak dekat. Hewan itu sangat lincah meloncat kesana kemari sehingga sulit untuk diamati secara jelas. Hewan itu mempunyai ukuran yang kecil, matanya menonjol di atas kepala, mempunyai sirip yang digunakan seperti kaki. Sekilas terlihat aneh karena ekornya mirip dengan kecebong tetapi sebenarnya hewan ini termasuk keluarga ikan.
Ikan glodok, itulah sebutannya. Nama latin dari spesies ini adalah periophthalmus sp atau nama lainnya adalah mudskipper (si peloncat lumpur). Mengapa disebut si peloncat lumpur? Ketika perairan surut ikan ini lebih senang menghabiskan waktunya dengan meloncat-loncat di daratan lumpur untuk mencari makan, sedangkan ketika perairan pasang, ikan ini akan berlindung di dalam sarang berupa lubang-lubang lumpur yang mereka buat. Habitat ikan ini berada di daerah ekosistem mangrove dan persebarannya berada di daerah ekosistem mangrove tropis dan subtropis.
Memang benar. Saat aku menemukan dan mengamati ikan itu memang laut sedang dalam kondisi surut sehingga debit air di muara sungai terlihat lebih sedikit dan memunculkan lumpur keabu-abuan. Di sanalah tempat ‘bermain’ bagi ratusan ikan glodok ini. Suatu hiburan tersendiri melihat makhluk kecil itu meloncat kesana kemari karena perasaan aneh, takjub dan baru pertama kali melihat hewan seperti itu. Sayangnya karena pergerakan ikan glodok ini sangat lincah sehingga menyulitkan untuk mengabadikan mereka lewat lensa kamera.
Menyeberangi jembatan bambu yang rapuh (Sumber: Doc pribadi) |
Ikan glodok, itulah sebutannya. Nama latin dari spesies ini adalah periophthalmus sp atau nama lainnya adalah mudskipper (si peloncat lumpur). Mengapa disebut si peloncat lumpur? Ketika perairan surut ikan ini lebih senang menghabiskan waktunya dengan meloncat-loncat di daratan lumpur untuk mencari makan, sedangkan ketika perairan pasang, ikan ini akan berlindung di dalam sarang berupa lubang-lubang lumpur yang mereka buat. Habitat ikan ini berada di daerah ekosistem mangrove dan persebarannya berada di daerah ekosistem mangrove tropis dan subtropis.
Memang benar. Saat aku menemukan dan mengamati ikan itu memang laut sedang dalam kondisi surut sehingga debit air di muara sungai terlihat lebih sedikit dan memunculkan lumpur keabu-abuan. Di sanalah tempat ‘bermain’ bagi ratusan ikan glodok ini. Suatu hiburan tersendiri melihat makhluk kecil itu meloncat kesana kemari karena perasaan aneh, takjub dan baru pertama kali melihat hewan seperti itu. Sayangnya karena pergerakan ikan glodok ini sangat lincah sehingga menyulitkan untuk mengabadikan mereka lewat lensa kamera.