Review Film At Cafe 6 (2016)

Juni 21, 2018

“Sebenarnya jarak bukan masalah. Cinta tak akan melemah oleh jarak. Orangnya yang bisa.”



Hai para pejuang LDR!
Gimana hubungan percintaannya? Lancar? Ehehehe..
Aku suka kagum sama orang yang bias menjalani hubungan LDR dengan baik bahkan sampe bertahun-tahun. Menurutku LDR itu berat lho karena jarak dan waktu bias menguji kepercayaan dan kesetiaan berkali-kali juga membuat rindu semakin bertambah berat hehehe. Seriusan!

Ehe, lanjut. Bagi kalian para pejuang LDR, coba deh nonton film At Café 6 ini. Mungkin kalian bakal ngerasa relatable dengan story line-nya. Katanya sih film Taiwan ini kayak semacam gabungan formula film You Are The Apple of My Eyes (YATOMY) sama film Our Times, tapi setelah aku nonton ketiganya aku bias bilang kalo At Café 6 ini berbeda dengan kedua film yang aku sebutin tadi, bahkan lebih nyesek sih hehe. Sosok dewasa yang ber-flash back ke masa remaja dan adegan-adegan kocak ala abege sekolah mungkin memang kayak di kedua film itu tapi inti cerita filmnya yang mengangkat tema LDR dan problematikanya itu menjadi pembeda film ini dengan film Our Times dan YATOMY.

Film dibuka dengan adegan seorang pria paruh baya bertemu dengan seorang perempuan yang mobilnya mogok di tengah hujan. Kemudian pria itu mengajak si perempuan untuk berteduh di dalam kafenya. Obrolan dimulai saat si pria tau perempuan itu lagi ada masalah dengan pasangannya yang LDR-an. Membahas tentang LDR, sip ria lalu bernostalgia mengingat masa-masa remajanya dulu. Dari sinilah cerita sebenarnya dimulai. Kembali ke tahun 1996 di mana saat itu Guan Min Lu dan Xiao Bo Zhi adalah dua sahabat yang suka bikin onar di sekolah. Ada-ada aja kelakuan mereka, mulai dari mencuri celana olahraga milik Cai Xin Yi, nyoret-nyoret patung sekolah sampe sering becanda di kelas dan akhirnya dihukum oleh guru. Pokoknya kelakuan anak SMA deh kayak gimana haha. Guan Min Lu ini menyukai  Li Xin Rui, cewek cantik dan pintar di kelasnya sedangkan Xiao Bo Zhi menyukai sahabatnya Li Xin Rui yaitu Cai Xin Yi. Berkat Zhi yang jadi mak comblangnya, Lu dan Rui berhasil nge-date dan akhirnya mereka jadi saling tahu perasaan satu sama lain. Gak nyangka sih Rui bakalan segampang itu suka sama Lu. Kirain bakal butuh perjuangan berat buat Lu mendapatkan Rui karena bisa dibilang Lu ini tipikal cowok yang biasa banget. Tampangnya biasa aja, masih cakepan Zhi btw hehe terus secara akademik juga nilainya kurang. Pokoknya kalo lu cuma level anak cupu ngejar anak paling favorit seantero sekolahan itu bakalan susah tapi ternyata semulus itu hubungan awal Lu dan Rui.


Fase mereka berlanjut dari masa SMA ke masa kuliah. Hubungan Lu dan Rui tetap berlanjut tapi sayangnya Lu gak diterima di universitas yang sama dengan Rui sehingga mereka harus LDR-an. Rui di Taipei dan Lu yang sekelas lagi sama Zhi kuliah di Taichung. Masa awal LDR mereka sweet banget. Saling menelpon pake telepon umum, makan siang dengan menu yang sama meskipun makannya beda tempat, dan yang paling sweet adalah perjuangan Lu yang rela kerja part time demi bisa beli tiket ke Taipei menemui Rui, si kekasih. Ini sumpah sih keliatan banget kalo Lu cinta banget sama Rui. Bahkan ada adegan saat Rui kena musibah kecopetan gitu, Lu bela-belain ngebut ke stasiun buat beli tiket tapi sayangnya habis dan baru bias menemui Rui keesokan harinya. Terus saat Lu dan Zhi naik motor dari Taichung ke Taipei menerjang topan demi Lu ketemu sama Rui karena dia khawatir. Pokoknya Lu ini lovable banget deh buat dijadiin pacar.

Sayangnya, suatu hubungan pasti ada pasang surutnya termasuk yang LDR-an. Hubungan Lu dan Rui mulai terkena masalah saat mereka menyadari kalo mereka beda pandangan tentang masa depan. Rui yang ingin pergi ke Seattle, punya kafe yang bagus dan pergi keliling dunia sedangkan Lu yang menurutku cenderung naif juga polos hanya ingin mereka kembali ke kota mereka dulu saat SMA dan hidup bahagia bersama di sana. Masalah juga semakin rumit saat ada cowok kakak tingkat mendekati Rui. Problematika hidup semakin memusingkan, sodara-sodara! Apakah hubungan Lu dan Rui akan berakhir bahagia? Atau sebaliknya? Tonton aja yha hahahha.

It’s sweet beginning and blablabla ending ini mah hehe. Ku tak menyangka akan se-mindblowing ini endingnya. Meskipun aku gak pernah ngerasain LDR tapi aku sangat menikmati momen-momen manis Lu dan Rui. Kebayang gak sih itu di jaman sebelum tahun 2000-an dimana internet belum secepat sekarang,  handphone belum secanggih sekarang, belum ada sosial media dan fitur video call. Mereka terhubung lewat telpon umum dan handphone nokia yang cinitnit itu loh hahaha. Terus jarak Taipei-Taichung yang kalo aku liat sih kayak Jakarta-Indramayu kira-kira, ya lumayan kan pulang pergi demi si kekasih hati, Makanya bersyukur deh kalian pada yang LDR-an lebih gampang komunikasi dibanding sama jaman dulu hehe. Kalo aku jadi Rui, aku bakal terharu melihat perjuangan Lu yang rela kerja part time dan pulang pergi Taichong-Taipei naik kereta demi bisa ketemu sama Rui.

Selain hubungan asmara Lu-Rui, aku juga terkesan dengan persahabatan Lu dan Zhi yang udah kayak saudara. Lu rela babak belur demi menyelamatkan Zhi yang dikeroyok sama preman. Zhi juga baik banget jadi mak comblangnya Lu-Rui dan dia rela mengantar Lu dari Taichung ke Taipei naik motor dalam keadaan topan dan banjir. Ngakak sekaligus salut sama Zhi. Setia kawan banget. Terus pas Lu dalam keadaan terpuruk, Zhi menghiburnya sampe ngebiarin Lu melampiaskan kesedihannya dengan memukul Zhi. Beneran deh terharu banget sama persahabatan Lu-Zhi. Oiya soal asmara Zhi, sayang banget gak begitu dimunculin gimana alur cerita cinta Zhi sama Xin Yi padahal mereka hubungan mereka itu kocak dan sama-sama LDR juga, meskipun gak begitu dijelasin apa mereka udah pacaran atau belum. Rasanya bakal menyenangkan melihat romansa LDR dari pasangan kocak kayak mereka.

Actually, di klimaks cerita aku ngerasa gak suka sama karakter Rui karena kenapa sih dia harus jalan sama kakak tingkat itu di saat Lu nungguin di depan asrama setelah hujan-hujan dari Taichung ke Taipei. Terus kenapa dia terus melihat perbedaan itu dibandingkan mencari solusi yang terbaik bagi mereka berdua. Pokoknya kesel aja liat Rui, kayak gak bisa menghargai perjuangannya Lu.  Aku #timLu btw hehehe, tapi secara penampilan, aku suka tokoh Rui.Dia gak begitu cantik, tapi manis. Gak bosan dilihat, apalagi gingsulnya itu loh. Mukanya ada Japanese-nya gitu. Terus kalo tokoh Lu nya sih biasa aja hehe gak cakep, malahan cakepan Zhi tapi ku tetap suka karakter Lu. Apalah tampang mah hahaha..

Sepanjang film ini kita banyak hal yang bisa kita dapat. Soal hubungan LDR, persahabatan dan keluarga. Seperti yang dikatakan dalam film ini “Sebenarnya jarak bukan masalah. Cinta tak akan melemah oleh jarak. Orangnya yang bisa”, aku setuju banget. Yang membuat LDR gak berhasil itu karena orang yang menjalaninya gimana. Kalo aja Rui dan Lu bisa mengatasi masalah mereka, jarak Taipei-Taichung pasti gak bakal ada apa-apanya. Selain itu hal lain yang bisa aku dapat dari film ini yaitu mencintai seseorang boleh-boleh aja tapi jangan sampe terlena dan akhirnya melupakan orang-orang di sekeliling kita. Kalo aku jadi Lu, pasti bakal sedih banget juga saat dapat kabar tiba-tiba mamanya meninggal dan sejak kuliah dia jarang berkomunikasi banyak sama mamanya. It’s so sad.
Akhir kata, untuk para pejuang LDR tontonlah film ini. Siapa tau kalian bisa belajar banyak soal LDR dari film ini. Soal komunikasi, kepercayaan, kesetiaan. Oiya tonton sampe selesai banget filmnya biar kalian tau apa yang sebenarnya terjadi sama Lu dan Rui.

Ada beberapa quote yang bagus dalam At Cafe 6 yaitu:

"Kita semua memiliki masa remaja yang sama, tetapi kehidupan yang berbeda."

"Dia bukan satu-satunya gadis di dunia ini. Jadilah positif dan relakan."

“Sebenarnya jarak bukan masalah. Cinta tak akan melemah oleh jarak. Orangnya yang bisa.”

9/10 dariku untuk film At Café 6.

You Might Also Like

0 comments

Terima kasih ya sudah baca artikelnya. Ayo berkomentar. Tinggalkan jejak di sini ^^

Subscribe