6 Years of Love
Juni 17, 2014
Aku merapikan sedikit riasan wajahku lewat cermin. Cantik.
Hari ini kakak perempuanku yang kedua akan menikah dan aku menjadi pendamping
pengantin wanita, bahasa kerennya bridesmaid hehe. Kulihat pantulan diriku
dalam cermin. Memori itu kembali lagi.
“Nanti setelah kita
lulus, aku ingin mendalami agama biar aku bisa menjadi suami yang baik.”
“Suami yang baik untuk
siapa?”
“Kamu.”
“Memangnya aku mau?”
“Serius kamu enggak
mau?”
“Hahaha kamu mau
menungguku?”
“Tentu saja. empat tahun
kuliah dua tahun kerja. Jadi enam tahun? Atau berapa lama?”
“Selama itukah kamu
mau menungguku?”
“Selama apapun, asal
yang aku tunggu akan kembali. Lagipula aku menunggu sambil memantaskan diri
menjadi seorang suami.”
“Enam tahun?”
“Ya, sampai berjumpa
lagi enam tahun kemudian, nona.”
Aku tersenyum kecut. Obrolan yang menggelikan antara
sepasang kekasih yang masih bau kencur. Dua orang yang masih naïf dan tak
pernah tahu kalau obolan itu hanya janji belaka. Hubungan kami berhenti di
tengah jalan. Dia pergi menghempaskan janji itu dan semua kenangan kami tepat
di saat acara kelulusan SMA. Janji itu menguap seiring dengan kekecewaan hati
ini. Tapi entahlah, sampai detik ini aku masih saja mengingat dan berharap
janji itu masih bisa terwujud. Dream comes true. Padahal mana mungkin hal itu
terjadi.
Acara ijab kabul akan segera dimulai. Rombongan calon
pengantin pria datang. Samar-samar kulihat seseorang dari bagian rombongan itu mendekatiku. Aku sungguh terkejut. Dia tersenyum manis padaku. Satu
buket mawar putih yang ia bawa semakin memancarkan pesonanya. Dia ….
“Aku masih menunggumu untuk tiga tahun lagi. Kau harus
kembali.”
0 comments
Terima kasih ya sudah baca artikelnya. Ayo berkomentar. Tinggalkan jejak di sini ^^