Rumah
Juni 21, 2015Dulu disebutnya itu 'rumah'
Tempat tertawa lepas
Tempat menangis sedu
Tempat berekspresi
Tempat menjadi diri sendiri
Dulu disebutnya itu 'rumah'
Tempat mendapatkan senyum itu
Tempat mendapatkan tawa itu
Tempat mendapatkan bahagia itu
Tempat mendapatkan kesal itu
Tempat mendapatkan tangis itu
Dulu disebutnya itu 'rumah'
Namun tak ada ibu
Ataupun tak ada ayah
Hanyalah saudara-saudara
Saudara yang Tuhan berikan
Meskipun bukan lewat ikatan darah
Sempat..
Rumah itu goyah
Penghuninya melarikan diri
Semua isi rumah mencari
Tapi ia belum kembali
Meskipun begitu
Rumah itu tetap berusaha menghangatkan diri
Dengan segenap para penghuni
Menyusul, satu penghuni melarikan diri
Merasa mulai jenuh dengan atap sendiri
Ingin merasakan rumah orang lain
Namun tak lama, ia kembali
Rindu merasakan hangatnya rumah
Semewah apapun rumah orang lain
Sebahagia apapun rumah orang lain
Kuputuskan memilih rumahku sendiri
Entah apa yang terjadi, rumah itu sudah goyah
Salah satu penghuninya senang tinggal di rumah orang lain
Meskipun terkadang tinggal di rumah ini
Ia mempunyai dua rumah yang berbeda
Kemudian satu penghuni yang lain menyusul
Terkena sindrom senang-tinggal-di-rumah-orang-lain
Ada satu lagi yang tidak ingin tinggal satu rumah dengan seseorang
Ia ingin lari dari rumah ini tapi tak bisa
Satu-satunya yang ia lakukan
Membangun tembok pembatas
Rumah menjadi tak karuan
Beberapa penghuni jadi sering mengurung diri di kamar
Mereka asyik membangun dunia mereka
Rumah menjadi membosankan
Tak ada lagi kumpul di ruang tengah
Hanya kumpul sesekali dan itu pun tak semua
Hanya kumpul sesekali dan itu pun formalitas
Entah kenapa..
Apakah rumah ini sudah tidak terlalu hangat untuk mereka?
Apakah rumah itu sudah terasa terlalu sempit sekarang?
Apakah rumah orang lain terasa lebih menyenangkan?
Apakah rumah ini sudah saatnya dirubuhkan atau direnovasi kembali??
-Cianjur, 21 Juni 2015 23:47-
This pict were taken from this |
0 comments
Terima kasih ya sudah baca artikelnya. Ayo berkomentar. Tinggalkan jejak di sini ^^