Rencana

April 24, 2014

[First Person's POV]
Pagi ini aku berjalan dengan riang menuju kelas. Ada banyak hal yang ingin aku lakukan hari ini. Sangat banyak. Sudah kurencanakan dari sebelumnya dan ku berharap segalanya akan berjalan lancar. Kubuka pintu kelas, terlihat teman-teman sedang asyik mengobrol bersama teman-temannya. Aku semakin tak sabar. Kulihat dia. Ya, dia. Seorang teman yang sudah ada berputar-putar di otakku sejak malam. 

Aku hendak menyapa dan menghampirinya tapi, ahh kenapa harus ada orang itu? Orang yang sangat aku tidak sukai. Benar-benar perusak mood-ku pagi ini. Orang itu ternyata lagi asyik mengobrol dengan dia. Kenapa sangat akrab sekali mereka? Kenapa obrolan mereka terlihat mengasyikkan? Kuurungkan diri untuk menyapa dan menghampiri dia. Aku melengos menuju kursi paling belakang. Aku tau mungkin dia juga ingin menyapaku tapi aku sudah keburu jengkel melihat mereka berdua. Oke, atur nafasnya. Jangan marah, jangan marah. Lupakan, lupakan. Aku berusaha tersenyum untuk menata hati kembali dan aku beranjak keluar kelas, menemui teman-temanku yang lain.

Siang itu aku mendengar kabar bahwa orang itu masuk rumah sakit karena jatuh di tangga lantai 3. Satu sekolah menjadi heboh karena kejadian ini, tapi bagiku jatuh terpeleset di tangga karena lotion handbody itu sama sekali bukan sesuatu yang menghebohkan. Malah harusnya orang itu tak apa-apa karena aku cuma main-main saja dengan lotion handbody itu. Bukan yang sesungguhnya, karena sudah ada tanggal mainnya.

Kudapati dia sedang duduk di bangku taman sekolah. Pukul 17.46, sekolah sudah sangat sepi. Mungkin tinggal aku dan dia. Satu setengah jam yang lalu aku selesai rapat ekskul dan baru keluar dari sekre karena aku kebagian jadwal piket. Aku memang menyuruh dia untuk menungguku sampai aku beres kegiatan karena aku ingin membicarakan sesuatu dengannya. Kupanggil dia seraya menghampirinya. Dia menoleh sambil menyunggingkan senyum termanis yang pernah aku lihat. Aku duduk di sampingnya. Setelah itu aku berkata padanya bahwa aku ingin memeluknya sekali. Sekali saja dan tak ada maksud lain. Dia mengiyakan. Kami pun berpelukan. Entah mengapa aku sangat senang sekali hari ini. Meskipun pagi ini aku sangat jengkel tapi sungguh, aku sangat senang. Hari yang paling bahagia dalam hidupku.

[Second Person's POV]
Pagi ini aku tak mengerti mengapa dia tak menyapaku. Biasanya dia menyapaku dan duduk di sampingku, tapi hari ini berbeda. Entahlah. Aku lanjutkan lagi mengobrol dengan orang itu sementara kulihat dia pergi keluar mengobrol dengan teman-temannya mungkin. 

Apa? Orang itu masuk rumah sakit karena terjatuh di tangga lantai 3. Kasian sekali dia. Kudengar dari yang lain kakinya patah dan kepalanya gegar otak. Sungguh malang nasibnya. Padahal orang itu baru tadi pagi mengobrol denganku. Besok aku akan menjenguknya.

Dia lama sekali sih. Sudah 20 menit aku menunggu dia di sini tapi kenapa belum keluar juga? Kalau 5 menit lagi dia belum keluar, aku tinggal saja dia. Ahh itu dia. Baru saja diancam sudah keluar lagi. Baguslah. Dia datang menghampiri lalu duduk di sampingku. Sore ini senyumnya sangat manis. Kami tak segera beranjak. Dia malah memintaku untuk memeluknya. Aku langsung mengiyakan. Kami pun berpelukan. Cukup lama tapi ooh kenapa perutku sakit sekali? Serasa ada yang menghujam. Kuraba bagian perutku yang sakit itu. Basah. Kenapa tanganku berlumur cairan berwarna merah? Apa ini? Darah kah? Tiba-tiba nafasku tersengal-sengal dan seketika tubuhku melemas di pelukan dia. Aku tak ingat apa-apa lagi.

[Author's POV]
Berita di headline koran lokal itu sungguh menggegerkan warga.

"Seorang siswa ditemukan tewas di taman sekolah dengan belasan tusukan di sekujur tubuhnya. Tersangka saat ini masih belum ditemukan."



-Inspirasi abis nonton Hide and Seek-

You Might Also Like

0 comments

Terima kasih ya sudah baca artikelnya. Ayo berkomentar. Tinggalkan jejak di sini ^^

Subscribe