Melebur Harap
Desember 15, 2013Di cuaca yang cerah ini, terekam sosokmu dalam kedua mataku. Kupastikan itu kamu, dan ternyata memang benar kamu. Aku ingin memperbaiki setiap kepingan memori kita yang telah retak bahkan hancur. Memastikan kembali bahwa kau tersenyum untukku. Aku tersenyum untukmu. Tlah kuredam ego ini demi seuntai kebahagiaan lagi. Kubuang jauh-jauh rasa pahit ini dan takkan kubiarkan ia kembali.
"Semoga permen manis ini bisa menghilangkan rasa pahit dari kopi hitam itu. Semoga."
1 meter 14 senti. Hanya segitu jarakmu denganku. Beberapa langkah tegas kemudian ujung hidung kita akan bertemu. Tak butuh waktu lama lagi. Segerakan saja!
Hey, kamu tersenyum. Begitu indahnya replika bulan sabit di wajahmu itu. Kubalas senyummu, tapi . . .
tapi . . .
1 meter 20 senti . .
2 meter 37 senti . .
5 meter . .
7 meter . .
Kenapa kamu begitu jauh sekarang? Sama sekali tak bisa kugapai.
Retina ini menangkap ada sosok sepertiku,
tapi bukan aku.
Jari-jari manismu saling terpaut dengan jari-jari milik sosok itu.
Kau menjauh, semakin jauh.
Melenggang bersama kebahagiaan lain.
Mungkin memang, rasa pahit dari kopi hitam ini tak pernah bisa hilang oleh manisnya sebuah permen.
0 comments
Terima kasih ya sudah baca artikelnya. Ayo berkomentar. Tinggalkan jejak di sini ^^