[Cerpen] Cerita Cinta Galih
Desember 28, 2012
Cinta memandangi nisan yang ada di depannya. Tanpa terasa air mata
turun membasahi pipinya. Ia teringat pada seseorang yang telah memberikan arti cinta
padanya. Cinta pertamanya. Namun sekarang orang itu telah berada di alam yang berbeda.
“Galih, gak terasa ya udah satu
tahun kita berpisah. Aku kangen kamu,” gadis itu berbicara sendiri sambil terus
memandangi nisan di depannya.
“Oya kamu masih inget ga waktu kita
lagi berdua? Rasanya aku seneng banget waktu itu. galih, aku masih sayang sama
kamu. Aku gak bisa lupain kamu,” ucap Cinta sambil mengenang masa lalunya. Dia
masih ingat kejadian itu. Kejadian yang membuat hidupnya berubah.
Malam itu di sebuah tempat bimbel
terjadi kecelakaan yang tragis. Sebuah mobil sedan menabrak seorang gadis.
Dialah Cinta. Cinta terluka sangat parah. Melihat kejadian itu, orang-orang
yang berada di sekitar tempat kejadian menghampiri Cinta yang tergeletak tak
berdaya. Ada yang segera menolong Cinta, ada yang hanya melihat saja bahkan ada
yang meneriaki si penabrak itu.
“Aduuh, gimana nih gue udah nabrak
orang. Mati gue! Mendingan gue kabur aja daripada dihajar massa trus
dipenjara,” si penabrak itu panik dan langsung tancap gas sementara Cinta
dilarikan ke Rumah Sakit.
*****
“Den, Deni!!” Galih berdiri di depan
pintu kos Deni sambil memanggil-manggil nama temannya itu
“Lho, Galih? Yu masuk! Ada apa sih?
Kok muka lu kusut banget gitu?” tanya Deni.
“Gue bingung nih, Den. Tadi gue abis
nabrak orang,” jawab Galih dengan wajah pucat.
“Apa? Nabrak orang? Dimana? Trus kenapa
lu bisa nabrak orang gitu sih?” Deni kaget begitu mendengar sahabatnya itu
menabrak orang.
“Di tempat bimbel, Den. Gue ga
konsen nyetir makanya gue bisa nabrak orang. Ga sengaja sih sebenernya.”
“Tapi lu bawa orang itu ke rumah sakit
kan?”
“Enggak. Gue tuh tadi panik banget
jadi gue langsung kabur aja.”
“Kabur? Duh Galih. Lu itu gimana
sih?! Kok lu ninggalin orang itu sih? Kalo dia mati gimana coba?”
“Gue gak tau. Gue panik. Gue gak mau
dipenjara.”
“Ya udah, sekarang lu ceritain apa
yang bikin lu gak konsen nyetir dan akhirnya nabrak orang.”
“Tadi waktu gue pulang, gak sengaja
gue denger obrolan Mama sama dokter. Dokter bilang kalo gue ini kena penyakit
leukemia stadium 4 yang kemungkinan sembuhnya kecil banget. Kemungkinan hidup
gue gak akan lama lagi. Tinggal tunggu waktu aja,” ucap Galih sedih.
“Ga, jangan putus harapan gitu dong.
Itu kan cuma perkiraan medis aja. Yang nentuin hidup mati seseorang itu Allah,
bukan dokter atau siapapun. Mungkin aja diagnosis medis itu salah. Setiap
penyakit itu kan ada obatnya termasuk leukemia. Gue yakin kalo lu mau berusaha
buat sembuh, lu pasti akan sembuh. Percaya deh sama gue,” Deni memberi semangat
pada Galih.
“Tapi sekarang penyakit itu lagi
menggerogoti tubuh gue. Ga ada harapan lagi buat sembuh. Kalaupun ada, itu
tipis banget harapannya. Kenapa sih gue harus dapet penyakit ini? Kenapa harus
gue? Gue masih pengen hidup. Hidup gue masih panjang. Kenapa, Den?!” teriak
Galih putus asa.
“Iya gue ngerti kok. Gue ngerasain
apa yang lu rasain. Lu pasti shock banget tapi lu ga boleh putus asa. Allah ngasih
lu penyakit ini karena Dia pengen nguji kesabaran lu. Allah sayang sama lu dan
sekarang lu harus sabar. Gue yakin lu bisa ngelewatin masalah ini. Jangan sampe
karena penyakit ini lu jadi putus asa. Isi hidup lu dengan hal yang berguna.
OK?” nasihat Deni. “Ya udah, sekarang lu pulang sana! Udah malem, kasian Mama
lu khawatir ntar.”
“Iya deh gue pulang. Makasih Den
udah mau dengerin curhat gue dan nasihatin gue. Lu emang sahabat baik gue,”
ujar Galih dengan senyumnya yang mulai mengembang.
“Gue anter ya sampe depan. Yuk!”
Deni pun mengantar Galih sampai gerbang depan kosnya.
“Yuk, Den. Bye!”
Ketika Galih akan membuka pintu
mobil tiba-tiba saja dia jatuh pingsan. Deni langsung membawa Galih ke rumah
sakit.
*****
Di rumah sakit Cinta sedang
ditangani oleh dokter. Benturan keras dan luka di kepalanya cukup parah. Ibunda
Cinta dengan cemas menunggu operasi itu selesai dan berharap putrinya itu akan
baik-baik saja. Setelah beberapa lama akhirnya dokter selesai melakukan
operasi.
“Bagaimana keadaannya Cinta, dokter?
Dia baik-baik aja kan, Dok?” tanya Ibunda Cinta.
“Keadaan Cinta sekarang masih
kritis, Bu. Benturan keras dan luka di kepala membuat syaraf penglihatannya
terganggu. Ada kemungkinan mata Cinta akan buta tapi itu belum pasti. Kita
lihat saja nanti hasilnya,” jelas Dokter.
Sementara di ruangan Rumah Sakit
yang lain, Galih juga sedang ditangani oleh dokter. Deni menelpon memberitahu
Tante Lia, mamanya Galih.
Keesokan lusanya ketika Galih sedang
berjalan-jalan di sekitar rumah sakit matanya tertuju pada sesosok gadis cantik
di kursi roda yang berada di taman. Gadis itu
menarik perhatian Galih. Sepertinya ada sesuatu yang membuat dirinya
ingin mengenal gadis itu.Segera saja ia bertanya tentang gadis itu pada seorang
suster yang melintas di depannya.
“Maaf, sus numpang tanya. Gadis yang
di kursi roda itu siapa ya trus kenapa dia bisa ada di sini?” Tanya Galih
sambil menunjuk ke arah wanita itu.
“Oh, itu. Dia Cinta Kirani, penulis
terkenal yang bikin novel Sang Pengagum. Dia di sini karena kecelakaan, korban
tabrak lari. Kasihan, karena kecelakaan itu dia jadi buta dan gak bisa
mengarang novel lagi,” jelas suster.
Galih pun segera meghampiri gadis
itu.
“Mmmm,,kamu Cinta Kirani kan?
Penulis terkenal itu,” Tanya Galih tanpa basa-basi,
“Siapa ya?” Cinta balik bertanya.
“Oh iya. Kenalin nama saya Galih
Aditya, panggil aja Galih,” ujarnya sambil mengulurkan tangan. “Saya ke sini
Cuma mau nemenin kamu ngobrol aja. Boleh kan?”
“Hmmm..aku Cinta. Aku seneng kalo
ada yang mau nemenin aku ngobrol,” Cinta menjabat tangan Galih. “Kamu kok bisa
tau namaku darimana? “
“Siapa sih yang gak kenal Cinta
Kirani. Sang penulis novel Sang Pengagum yang terkenal itu,” jawab Galih.
“Kamu bisa aja deh,” Cinta tersipu
malu. Galih terkesan dengan gadis ini. Ada sesuatu yang membuat dia berbeda
dengan gadis lainnya.
“Kamu kenapa bisa ada di sini?” tanya
Galih pura-pura tidak tahu.
“Aku adalah korban tabrak lari.”
“Kapan dan di mana kalau boleh tau?”
“Di depan tempat bimbelku. Malam
lusa kemarin.”
Mendengar itu Galih langsung
teringat kecelakaan itu. Waktu dan tempatnya sama persis. “Mungkinkah orang
yang aku tabrak adalah Cinta? Kalaupun memang benar itu Cinta berarti aku telah
membuat matanya Cinta buta,” kata Galih dalam hati.
“Kalo kamu kenapa ada di sini?”
pertanyaan Cinta membuat Galih tersadar.
“Oh. Aku di sini karena aku terkena
penyakit leukemia. Penyakit yang gak bisa disembuhin.”
“Kamu gak boleh bilang gitu. Pasti
kamu sembuh kok. Setiap penyakit itu ada obatnya, Ga.”
Setelah percakapan itu, mereka
menjadi akrab. Hari-hari di rumah sakit pun dilalui dengan canda tawa dan tanpa
mereka sadari benih-benih cinta pun muncul di hati keduanya.
*****
Di ruangannya Galih termenung. Dia
teringat ucapan Cinta yang telah memaafkan si pelaku tabrak lari itu. dia pun
mengungkapkan keinginannya untuk bisa melihat lagi. Galih merasa bersalah
karena telah membuat Cinta buta.
“Ga, aku seneng deh akhirnya ada juga
orang yang mau mendonorkan matanya buat aku,” ujar Cinta senang.
“Iya, aku juga seneng kamu bakalan
bisa liat lagi.”
“Hmmm, bentar lagi aku bakal bisa
liat lagi. Oiya Ga, aku pengen kamu jadi orang pertama yang aku liat nanti
waktu aku bisa liat lagi ya. Janji?” pinta Cinta sambil mengulurkan jari
kelingkingnya .
“Janji,” Galih membalas mengulurkan
jari kelingkingnya. Tanpa terasa air matanya jatuh.
Operasi mata Cinta berlangsung
dengan baik. Pada saat perban dibuka, mata Cinta bisa melihat lagi namun orang
yang pertama kali dilihat Cinta bukanlah Galih. Cinta mencari-cari Galih.
Ibunya lalu memberikan sepucuk surat untuk Cinta. Di depan amplop pink itu
tertulis pengirimnya adalah Galih. Segera dia membuka dan membaca surat itu.
Jakarta, 14 April 2011
Dear Cinta,
Selamat ya operasi
matamu berhasil.sekarang kamu udah bisa liat dunia lagi. Itu kan keinginan
kamu? Maaf ya aku gak bisa menepati janjiku untuk menjadi orang pertama yang
kamu liat. Oh ya aku ingin mengatakan hal ini padamu. Kamu masih belum tau kan
siapa orang yang menabrak kamu? Orang yang hina dan gak bertanggung jawab itu.
Orang itu adalah aku. Aku yang udah nabrak kamu tapi aku malah kabur gitu aja.
Ketika tau kamu adalah orang yang aku tabrak, aku merasa bersalah. Perasaan itu
terus membayangiku sampai akhirnya aku memutuskan untuk menebus dosaku dengan
mendonorkan bola mataku untukmu. Mungkin itu gak cukup untuk menebus semuanya
tapi hanya itu yang aku bisa. Aku minta maaf sama kamu.
Cinta, saat pertama
kali melihatmu aku merasakan sesuatu yang berbeda di hatiku. Dan sesuatu itu
adalah cinta. Aku cinta kamu. Dengan mataku yang kini ada di tubuhmu, kuharap
kamu bisa merasakan cintaku itu. Aku cinta kamu, Cinta Kirani. Maafkan aku. Aku
harus pergi dan gak bisa menemanimu. I Love You, C.I.N.T.A.
Galih
Aditya
Setelah Cinta membaca surat itu, dia
pun menangis. Dia tidak menyangka akan seperti ini.
“Ga, kenapa sih kamu harus pergi?
Aku rela selamanya buta asalkan kamu selalu ada di sampingku. Aku juga cinta
kamu, Ga,” ucap Cinta sambil terisak.
*****
Setelah kepergian Galih, Cinta masih
belum bisa melupakannya. Galih adalah cinta pertamanya. Untuk mengenang Galih,
Cinta pun mengabadikan cerita cintanya dengan Galih kedalam sebuah novel yang
kemudian menjadi best-seller.
Cinta mengusap air matanya. Kenangan
yang dialaminya bersama Galih tak akan dia lupakan. Dia terus memandangi nisan
Galih. Selama setahun ini Cinta belum pernah lagi merasakan cinta karena dia
masih menyimpan cinta dan sayangnya pada Galih. Senja telah tiba. Langit di
pekuburan Tanah Kusir mulai gelap. Cinta menengadah ke langit. Segera dia
beranjak dari makam Galih. Pergi membawa sejuta kenangan bersama Galih. Dan
selamanya Galih akan selalu berada di dalam hati Cinta.
*tamat*
0 comments
Terima kasih ya sudah baca artikelnya. Ayo berkomentar. Tinggalkan jejak di sini ^^