[Cerpen] My Sassy, Bestfriend
Desember 28, 2012
Hari ini sangat cerah. Kurasakan semilir angin masuk lewat jendela yang terbuka membelaiku.
Seakan ingin menghiburku yang sedang kesepian.
Aku duduk terdiam di pojok kamar. Sayup-sayup kudengar suara derap
langkah kaki dan suara itu semakin mendekat. Tak lama kemudian pintu kamar
terbuka. Seorang gadis berumur 17 tahun masuk lalu menghempaskan tubuhnya di
atas kasur. Gadis itu bernama Sassy. Seorang remaja yang beranjak dewasa.
Postur tubuhnya yang semampai, wajahnya yang cantik, pintar dan baik hati
membuat dia disukai oleh semua orang. Kulihat ia mengambil ponselnya dan
menghubungi seseorang. Tanpa mengganti seragamnya, ia keluar dari kamar. Kini
aku sendirian lagi ditambah rasa sedih yang entah mengapa menghampiriku. Aku
sedih karena Sassy sama sekali tidak menyapaku, melihatku pun tidak. Sekarang
ini aku merasa Sassy sudah mulai melupakanku. Melupakanku sebagai sahabat
kecilnya yang selalu menemaninya setiap saat.
Namaku Sissy. Aku adalah sebuah boneka beruang milik
Sassy. Aku pertama kali bertemu dengan Sassy saat dia berumur 5 tahun. Ayahnya
yang memberikan aku sebagai kado ulang tahun Sassy yang ke-5. Sassy merasa
senang mendapatkan aku dan mulai saat itu aku pun menjadi sahabat Sassy.
Sahabat yang selalu menemani dia kapan pun dan di mana pun. Sassy selalu
membawaku kemana-mana. Bermain, tidur, ke sekolah dan kemanapun dia pergi dia
selalu membawaku di sampingnya. Kami selalu melakukan hal apapun berdua
layaknya dua orang sahabat sejati. Hal yang paling aku ingat adalah saat dia
berkata, “Mulai cekalang nama kamu Ciccy ya, milip namaku Caccy..hihi kamu jadi
cahabat aku cekalang. Mau ya? Kita bakalan jadi cahabat cejati, kemanapun aku
pelgi kamu halus ikut okeh?? Hihihihi aku cayang kamu, Ciccy.” Dengan suara
yang cadel dan mimik muka yang polos, Sassy berkata seperti itu sambil
memelukku. Andai Sassy bisa mendengarku, aku ingin berkata padanya bahwa aku
sangat senang menjadi sahabat barunya. Sudah lama aku bermimpi untuk dimiliki
oleh seorang anak, menjadi sahabat bermainnya dan membuatnya senang karena
kehadiranku. Sebelumnya aku hanyalah
boneka beruang yang dipajang di atas rak sebuah toko boneka. Aku bersama boneka
lainnya mempunyai keinginan yang sama untuk keluar dari toko ini dan menjadi
boneka yang dimiliki oleh orang lain. Aku sering merasa iri setiap melihat
temanku berhasil terjual dan keluar dari toko itu. Aku membayangkan betapa
indahnya jika hal itu juga terjadi padaku. Akhirnya kini mimpiku menjadi
kenyataan. Aku dibeli oleh ayahnya Sassy dan dibawa pulang ke rumah. Waktu itu
aku penasaran siapa orang yang akan memilikiku dan ternyata dialah Sassy, gadis
kecil yang imut dan cantik.
Aku mempunyai banyak pengalaman bersama Sassy. Salah
satu pengalaman tak terlupakan adalah saat aku hamper akan berpisah dengannya.
Suatu hari tepatnya hari Minggu aku diajak Sassy dan keluarganya ke sebuah mall.
Sassy sangat gembira bisa pergi ke sana bersamaku. Aku tak pernah lepas darinya
saat mengelilingi mall itu. Namun saat Sassy dan keluarganya mengunjungi toko
baju, aku tak sengaja jatuh dari genggamannya karena di sana penuh sesak dengan
orang-prang yang sedang berbelanja. Ingin sekali aku berteriak memanggil nama
Sassy namun apalah dayaku, Sassy semakin menjauh dariku. Aku sedih membayangkan
aku akan berpisah dengannya. Setelah sekian lama menjalani hari bersamanya, aku
mulai merasa menyayanginya sebagai sahabatku. Aku tak bisa membayangkan aku
akan di sini sendirian, dipungut oleh orang lain atau bahkan yang paling
menakutkan aku akan dibuang ke tempat sampah dan menjalani hari-hari yang
kesepian di sana. Aku pun memikirkan apakah Sassy menyadari aku hilang atau
bagaimana perasaannya saat mengetahui aku tak ada di sampingnya. Aku
membayangkan seandainya aku tak ditemukan kembali oleh Sassy lalu dia dibelikan
boneka baru dan dia melupakanku. Oh aku tak mau. Hal-hal mengerikan itu terus
menghantuiku hingga kemudian seorang ibu memungutku. Aku berpikir apa yang akan
terjadi? Apa aku akan dibawa pulang atau malah dibuang? Ternyata ibu itu
membawaku ke information center. Aku
diletakkan di meja dan petugas information
center itu mengumumkan berita kehilanganku lewat sebuah microfon. Suaranya yang nyaring seakan
menguatkan harapanku untuk bertemu kembali dengan Sassy. Aku harap-harap cemas.
Semoga Sassy dan keluarganya mendengar pengumuman dari information center ini. Setengah jam berlalu dan harapanku mulai
menyusut namun tiba-tiba aku mendengar suara Sassy. Kulihat Sassy dan
keluarganya menghampiri meja information
center. Aku sangat gembira bisa bertemu kembali dengan Sassy. Semua
bayangan buruk itu hilang seketika. Ayah Sassy berbicara dengan petugas lalu
petugas itu mengambil aku dan menyerahkanku kepada Sassy. Wajah Sassy sangat
bahagia menerimaku kembali. Didekapnya aku sangat erat sambil berkata, “Ciccy,
kemana aja? Aku cedih kehilangan kamu. Jangan pelgi lagi ya..Caccy cayang
Ciccy.” Mendengar itu aku ingin sekali menjawab, “Aku juga sedih kehilanganmu.
Aku takut sekali tadi. Aku tak ingin jauh lagi dari kamu. Sissy juga sayang
Sassy.” Namun Sassy tak bisa mendengar suaraku. Tak apalah, yang penting aku
bahagia bisa berkumpul lagi dengan Sassy. Sejak saat itu aku menyadari bahwa
aku sangat berharga bagi Sassy dan dia menyayangiku. Dia semakin menjagaku
dengan hati-hati karena tak ingin kehilanganku lagi.
Hari berganti hari, tahun berganti tahun. Sassy
tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik berumur 17 tahun. Tak terasa sudah 12
tahun aku bersamanya. Aku senang bisa melihat pertumbuhan sahabatku itu. Kini
dia lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Di sekolah dia menjadi
anggota OSIS, ketua ekskul teater dan di luar dia menjadi aktivis peduli
lingkungan hidup. Kesibukannya membuat intensitas kebersamaan antara aku dengan
Sassy semakin berkurang. Dia jarang mendekapku lagi bahkan saat tidur
sekalipun. Aku lebih sering disimpan di atas rak di pojok kamar. Aku sedih
sekali menghadapi kenyataan ini. Dulu aku selalu bersamanya tetapi sekarang aku
merasa tersisihkan. Apakah sudah takdirku seperti ini? Walaupun demikian aku
selalu ikut merasa senang ketika Sassy senang. Aku ingat sebulan yang lalu
Sassy bahagia karena pacaran dengan Deny, anak basket yang popular di
sekolahnya. Dua minggu yang lalu Sassy mendapatkan penghargaan sebagai pemeran
utama drama terbaik di Festival Drama Sekolah 2012. Kemarin Sassy mendapatkan nilai
95 di ulangan Fisika dan masih banyak kebahagiaan lain yang Sassy dapatkan. Aku
ikut bahagia atas semua kebahagiaan Sassy
meskipun sebenarnya aku kesepian dan rindu akan kebersamaan dengan Sassy.
Minggu yang cerah, Sassy sedang membereskan
kamarnya. Dia melihatku di atas rak lalu mengambilnya. Dia menatapku sambil
tersenyum. Tatapan itu yang aku rindukan, tatapan bahagia. “Hai Sissy. Udah
lama ya kita ga main bareng lagi. Kasian kamu ga terurus ya,” katanya sambil
membelaiku. Aku rindu kamu Sassy, itulah yang ingin aku ucapkan padanya.
Kemudian Sassy menaruhku di dalam sebuah kotak kardus yang sudah terisi
barang-barang yang rusak atau tidak dibutuhkan lagi. Sassy, kenapa kamu
menyimpan aku di sini? Mau diapakan aku? Aku mendengar suara Kak Resty dan Sassy
sedang mengobrol.
“Sy, Sissy-nya kok disimpen di kardus? Mau diapain?”
Tanya Kak Resty.
“Mau aku simpen di gudang, Kak. Udah ga dipake kok,”
jawab Sassy.
“Disimpen di gudang? Kamu sadar gak Sissy itu boneka
kesayangan kamu sejak kecil. Masa mau disimpen di gudang?!” suara Kak Resty
terdengar marah.
“Ya habis mau gimana lagi. Aku udah gede, masa masih
main boneka,” jawab Sassy. Mendengar itu aku merasa sakit sekali. Aku seakan
tak dibutuhkan lagi.
“Bukan masalah kamu udah gede trus main boneka, tapi
kamu hargain sedikit Sissy. Kalo dia punya perasaan, pasti dia sakit hati
dengan perbuatan kamu ini. Sekarang kamu simpen lagi Sissy di rak. Ayo!!”
Aku pun disimpan kembali di atas rak buku oleh
Sassy. Meskipun aku tak jadi disimpan di gudang, aku merasa kecewa dengan
perbuatan Sassy terhadapku. Kalau saja Kak Resty tidak datang menolongku, pasti
sekarang aku sudah berada di ruangan yang gelap dan pengap bersama
barang-barang bekas. Aku yang dulu sangat berharga bagi Sassy kini hanya
menjadi boneka yang terbuang. Alangkah sedihnya hatiku. Aku berharap ada
keajaiban yang dapat menyadarkan Sassy kembali. Malam ini aku bermimpi sesuatu
yang aneh sekali. Aku menghampiri Sassy dan aku bisa berbicara dengannya. Kami
dapat berkomunikasi.
“Hai, Sassy!!” sapaku.
“Sissy! Kamu bisa bicara denganku?” jawab Sassy
dengan terkejut.
“Tentu. Sahabat sejati bisa saling berkomunikasi
meskipun dalam diam. Sudah lama aku ingin berbicara padamu.”
“Aku tak menyangka kita bisa mengobrol seperti ini.”
“Sassy, ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Dulu
aku dianggap sahabat sejati olehmu. Setiap waktu aku selalu menemanimu. Aku
menyayangimu dan kamu pun menyayangiku. Tapi kenapa sekarang berbeda? Kamu
mulai melupakanku bahkan kamu berniat membuangku. Aku tak menyangka kamu akan
melakukan itu padaku. Kalau begitu lebih baik aku pergi saja daripada harus
dibuang olehmu. Selamat tinggal Sassy,” ucapku dan tanpa tahu darimana asalnya
tubuhku tiba-tiba terbakar.
“Sissy … !!” teriak Sassy.
Aku pun terbangun dari mimpi aneh itu. Paginya,
Sassy tiba-tiba mengambil aku dari rak lalu memelukku. Dia menangis.
“Sissy, maafkan aku karena melupakanmu. Maafkan
aku..aku menyesal. Aku sadar sekarang kalo aku masih menyayangimu sebagai
sahabatku. Aku ga mau kehilanganmu. Maafkan aku, aku bermimpi kamu akan meninggalkanku
semalam. Aku ga mau itu terjadi..hiks hiks..” ucap Sassy tersedu-sedu. Aku
sangat senang Sassy telah menyadari semuanya. Kebahagiaanku kembali tapi tadi
Sassy bilang mimpi? Apakah mimpi yang sama denganku semalam??
*tamat*
0 comments
Terima kasih ya sudah baca artikelnya. Ayo berkomentar. Tinggalkan jejak di sini ^^