Namaku Hajar Dewantara

Desember 28, 2012

Namaku Hajar Dewantara. Bukan tanpa alasan kedua orang tuaku memberiku  nama itu. Aku lahir pada tanggal 2 Mei, bertepatan dengan tanggal lahir Ki Hajar Dewantara yang kini diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Mereka berharap kelak aku akan seperti Ki Hajar Dewantara, seorang pahlawan pendidikan Indonesia yang cerdas, bijaksana, kharismatik dan berjiwa nasionalis. Ya, mereka menaruh harapan itu padaku namun apalah daya aku belum bisa membuat mereka bangga terhadapku. Karena kenyataannya aku ini hanya seorang anak yang bodoh dan nakal. Itulah yang sering dikatakan guru-guru dan ayah. Bahkan ayah sering membandingkan  aku dengan Deny, anak rekan kerjanya yang super cerdas dan selalu dibangga-banggakan keluarganya. Aku sering kesal kalau ayah sudah begitu karena aku merasa ayah menilaiku dengan tidak adil. Ayah selalu memarahiku saat nilaiku buruk tanpa  pernah mau tahu penyebab sebenarnya. Beliau  menilaiku sebagai anak yang malas padahal sebenarnya ada alasan terbesar mengapa aku tak pernah berhasil secara akademik. Setelah lama berkubang dalam keterpurukan, aku baru mengetahui dari kakak temanku yang seorang psikolog bahwa aku menderita disleksia. Inilah sebabnya aku tidak bisa belajar dengan baik. Aku selalu kesulitan untuk menulis dan membaca. Aku benci setiap kali melihat huruf dan angka, mereka seakan-akan ingin membunuhku. Namun setelah mendapat nasihat dari kakak temanku itu, aku berusaha untuk sembuh dari penyakitku. Dia mengatakan meskipun aku tidak berhasil di bidang akademik namun aku bisa mengembangkan bakat dan minatku di bidang musik.

Sebulan lagi ada festival pendidikan dalam rangka memperingati hari pendidikan nasional. Aku ingin membuktikan kepada semua orang terutama kepada ayah bahwa aku juga bisa membanggakan beliau. Di Fetival nanti aku ingin menampilkan sebuah musikalisasi puisi. Mulai hari ini aku akan bekerja keras untuk menulis dan membuat puisi serta menyiapkan instrument musikalisasi. Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Hari ini tanggal 2 Mei, hari pendidikan nasional sekaligus hari ulang tahunku yang ke-12 aku berhasil menampilkan sebuah musikalisasi puisi di festival pendidikan. Meskipun gugup namun kuenyahkan rasa itu demi mendapatkan kebanggaan seorang ayah. di akhir acara festival pendidikan ternyata aku mendapatkan juara ke-2. Aku senang sekali karena bisa membuktikan pada orang lain kalau aku bisa. Ayah tersenyum bangga padaku dan memberi  pujian. Meskipun aku tidak sehebat Ki Hajar Dewantara namun kini aku mampu menjadi kebanggaan kedua orang tuaku. Aku tumbuh menjadi seorang pemusik yang handal dan penyakit disleksia-ku perlahan menghilang. Ya, dengan semangat dan kemauan semuanya akan berhasil. Seperti semangat Ki Hajar Dewantara dalam memajukan dunia pendidikan Indonesia.

You Might Also Like

0 comments

Terima kasih ya sudah baca artikelnya. Ayo berkomentar. Tinggalkan jejak di sini ^^

Subscribe